Berdasarkan data United Nation for Development
Program (UNDP) pada tahun 2013, indeks pencapaian teknologi Indonesia berada
pada urutan ke-60 dari 72 negara. Ukurannya didasari pada penciptaan teknologi
yang dilihat dari perolehan hak paten dan royalti atas karya dan penemuan
teknologi, yang diukur dari jumlah pengguna internet dan besaran sumbangan
ekspor teknologi terhadap barang ekspor.
Selain itu difusi
inovasi teknologi lama yang dilihat dari jumlah pengguna telepon dan pemakai
listrik, serta tingkat pendidikan penduduk
berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas juga menjadi
parameter. Tak hanya itu, angka
partisipasi kasar penduduk yang menempuh pendidikan tinggi di bidang iptek pun
turut diperhitungkan.
Dampaknya,
masyarakat Indonesia mengalami
pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Terjadinya industrialisasi,
produktifitas dunia industri semakin meningkat, dan perkembangan teknologi
membuat para pekerja mau tidak mau menambah kemampuannya. Namun, perkembangan
teknologi di Indonesia juga memiliki dampak negatif, yaitu terlalu transparan
sehingga semua orang bisa membuka konten yang merupakan konten pornografi.
Selain itu, orang bisa memasukan data pribadinya pada website-website tidak
diketahui sehingga mengancam privasi orang tersebut.
Saat Pekerjaan Manusia Digantikan Robot
Modernisasi dapat dan sangat mungkin terjadi di
berbagai sektor. Awalnya memang mengkhawatirkan, karena modernisasi membuat
kerja manusia tergantikan. Akan tetapi, karena tergantinya beberapa pekerjaan
manusia dengan robot, bukan berarti tertutup begitu saja semua pekerjaan untuk
manusia. Akan banyak pekerjaan baru yang muncul, tentunya yang berkaitan dengan
teknologi. Karena, secanggih-canggihnya teknologi, ia tetap buatan manusia.
Di mana saat terjadi kesalahan atau kerusakan,
manusia-lah yang tetap bisa memperbaikinya. Hal tersebut menuntut kita untuk memiliki
keterampilan baru juga. Jika kita tidak mau kalah dengan teknologi dan
modernisasi, maka kita harus segera beradaptasi, mengakrabkan diri dan
menaklukannya.
Misalnya jika dulu kita membutuhkan banyak
petugas untuk menjaga loket pembayaran pajak, tapi sekarang semuanya bisa
dilakukan secara online. Bukan berarti Direktorat Pajak tidak lagi membutuhkan
orang dalam pelayanannya, mereka tetap membutuhkannya, tapi berbeda posisi,
menjadi web developer misalnya.
Pada hakikatnya, perubahan dan kemajuan teknologi
bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Di awal mungkin memang akan menyulitkan,
karena setiap yang baru pasti membutuhkan adaptasi. Namun, semuanya pasti bisa
dilakukan, hanya butuh berproses. Salah satu prosesnya bisa kita mulai dari
mencari tahu dan belajar soal teknologi masa depan. Melalui berbagai literasi
dan catatan-catatan penjelasan.
Terdapat banyak kemungkinan jenis-jenis
teknologi yang akan hadir di masa depan. Kepastian waktunya tergolong tentatif,
masa depan yang dimaksud tidaklah harus sepuluh tahun mendatang, bisa lebih
cepat bahkan tahun depan kita sudah menemuinya. Salah satunya terkait pada tata
kelola global yang akan berubah ke arah digital. Bisa dalam hal pengelolaan
keuangan, hingga pemeritahan.
Teknologi ini akan memanfaatkan big data dalam
menjalankan berbagai kebutuhan pengelolaan. Diprediksikan oleh GIV (Global
Industry Vision), tahun 2025 jumlah data dan penggunaannya bisa sangat besar.
Setara dengan 1 triliun GB setiap tahunnya.
Mengenal Internal
Control System
Memang ada banyak hal yang mampu dieksplorasi
Indonesia dalam menghadapi industri 4.0 untuk pembangunan nasional yang lebih
baik. Misalnya, memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah melalui teknologi
dengan fasilitas platform e-commerce, kemudian memajukan jaringan
internet berkecepatan tinggi, pusat data cloud, manajemen keamanan dan
infrastruktur broadband untuk mendukung pengembangan infrastruktur digital
nasional. Namun selain itu, satu pilar penting dari perjalanan Indonesia menuju
industri 4.0 lainnya adalah keamanan Internal
Control System (ICS).
Industrial Control System (ICS)
atau Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) adalah perangkat
lunak yang paling sering digunakan dalam industri manufaktur, infrastruktur dan
berbagai bidang lain merupakan titik terlemah dalam sistem keamanan perusahaan.
Pelanggaran keamanan Industrial Control
Systems (ICS) dan Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA)
merupakan ancaman keamanan informasi yang relatif baru.
Para aktor antagonis di baliknya memiliki
banyak motivasi untuk mengeksploitasi target ICS/SCADA. Target eksploitasi
dapat menjadi batu loncatan menuju target akhir mereka: aset di jaringan
perusahaan. Dalam skenario ini, ICS/SCADA adalah titik lemah dan menjadi target
eksploitasi utama. Atau dengan kata lain, aktor ancaman dapat secara khusus
menargetkan sistem ICS/SCADA untuk mencuri informasi berharga tentang proses
industri korban.
Laporan Kaspersky ICS CERT terbaru kami tentang
lansekap ancaman industri di semester kedua 2018 menunjukkan bahwa Asia
Tenggara ternyata menjadi wilayah kedua dengan infeksi terbanyak yang dicegah
oleh Kaspersky, dan Indonesia berada di peringkat keenam dunia di dunia.
Aktivitas siber berbahaya pada komputer ICS
dianggap sebagai ancaman yang sangat berbahaya karena berpotensi menyebabkan
kerugian materi dan penghentian produksi dalam pengoperasian fasilitas
industri. Serangan yang telah dihadang oleh Kaspersky membuktikan bahwa
kehadiran internet di infrastruktur perusahaan ternyata menjadi peluang emas
bagi pelaku kejahatan siber untuk melakukan aksi mereka.
Namun, fakta bahwa serangan tersebut berhasil
adalah karena kurangnya kemampuan keamanan siber di antara karyawan, yang
seharusnya dapat dicegah dengan pelatihan dan kesadaran tinggi dari staf itu
sendiri. Pencegahan ini bahkan lebih mudah daripada mencoba menghentikan aksi
para pelaku kehajatan siber.
Maka, inilah yang harus selalu dijadikan bahan
pertimbangan, terutama Indonesia, untuk memiliki sumber daya manusia yang tepat
dengan kemampuan dan keterampilan keamanan siber yang mumpuni.
Jadi,
gimana, apakah kamu sudah siap anak muda, untuk menjadi salah satu bagian dari
SDM berkualitas yang mengharumkan nama bangsa?
Divisi Advokasi
Paguyuban KSE UIN Jakarta
Posting Komentar