Perubahan Iklim: Definisi, Dampak, dan Solusi



Definisi Perubahan Iklim

Perubahan iklim erat kaitannya dengan keaadaan suhu dalam lingkungan makro. Salah satu penyebab dari perubahannya adalah aktivitas manusia yang memicu emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Pada tahap yang lebih lanjut, peristiwa GRK dapat memicu terjadinya Pemanasan Global. [2]


Terdapat perbedaan istilah antara perubahan iklim dan variabilitas iklim. Perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi atmosfer global dan merupakan tambahan terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu yang sebanding. Sementara variabilitas iklim didefinisikan sebagai variasi iklim (yang diukur melalui perbandingan dengan keadaan rata-rata dan statistik lain seperti deviasi standar dan statistik ekstrem) pada semua skala temporal dan spasial di luar skala peristiwa cuaca individual. [3]


Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwasannya aktivitas manusia, terutama melalui pelepasan GRK, telah secara nyata menyebabkan pemanasan global, menyebabkan suhu rata-rata permukaan bumi naik sekitar 1,1°C dari periode tahun 1850–1900 hingga tahun 2011-2020. Selama dekade 2010–2019, emisi global gas rumah kaca terus meningkat, disebabkan oleh berbagai faktor seperti penggunaan energi yang tidak berkelanjutan, perubahan penggunaan lahan, pola konsumsi, dan produksi yang tidak seimbang antar wilayah dan antar negara. [4]


Gambar 1.1 Suhu Permukaan Global (Sumber: https://www.ipcc.ch/report/ar6/syr/downloads/report/IPCC_AR6_SYR_LongerReport.pdf)



Dampak Perubahan Iklim

Perubahan iklim pada skala global, termasuk Indonesia sendiri sangat mempengaruhi segala sisi yang berujung pada dampak besar yang dihasilkan dari perubahan tersebut. Dampak yang ditimbulkan dari Perubahan Iklim adalah:


Gas Rumah Kaca (GRK)

GRK adalah gas yang menyerap gelombang panas dari sinar matahari yang dipantulkan bumi. Jenis GRK yang penting ialah carbon dioxide (CO_2), methane (CH_4), nitrous oxide (N_2 O), chloroflourocarbon (CFC) (yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu: haloflourocarbon (HFC) dan perfluorocarbon (PFC)), selanjutnya sulfur hexafluoride (SF_6). [2]


Gambar 2.1 Peristiwa Terjadinya Efek Rumah Kaca
(Sumber: 
A. R. D. A. and E. Rosalina, “Mengenal Perubahan Iklim,” p. 13, 2022.)


GRK merupakan gas yang ada dalam atmosfer, dihasilkan oleh aktivitas alam dan manusia, yang bertanggung jawab atas pemanasan global dan perubahan iklim. Efek Rumah Kaca terjadi ketika sebagian energi panas matahari yang mencapai permukaan bumi tidak dapat meninggalkan atmosfer karena ditahan oleh GRK. Ini mengakibatkan peningkatan suhu global.

Meskipun keberadaan GRK pada tingkat yang normal bermanfaat karena mereka membantu menjaga suhu bumi agar nyaman untuk ditinggali, peningkatan jumlah GRK bisa mengakibatkan pemanasan berlebihan dan dampak negatif pada lingkungan serta makhluk hidup. [5]


Krisis Iklim (Climate Crisis)


Menurut NASA, pemanasan global mengakibatkan perubahan cuaca dan iklim yang semakin ekstrem di Bumi. Pola hujan menjadi tidak stabil, menyebabkan banjir di satu wilayah dan kekeringan di wilayah lainnya. Perubahan ini juga memengaruhi durasi musim, dengan musim hujan menjadi lebih panjang atau lebih pendek daripada musim kemarau, sering kali dengan pergantian musim yang berulang dalam satu tahun.

Dampak perubahan iklim terhadap kondisi alam di Indonesia mencakup: [5]

  1. Peningkatan suhu rata-rata tahunan sebesar 0,30°C sejak 1990; 
  2. Kedatangan musim hujan yang terlambat dan singkat namun dengan curah hujan yang lebih intens, meningkatkan risiko banjir; 
  3. Potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan akibat variasi musim dan cuaca ekstrem, terutama di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi; 
  4. Dampak terhadap pertanian dan ketahanan pangan akibat perubahan kadar penguapan air dan kelembaban tanah; penurunan kesuburan tanah sekitar 2% hingga 8%; 
  5. Ancaman bagi daerah pesisir akibat kenaikan permukaan air laut; dan
  6. Peningkatan potensi bencana baik jangka pendek maupun jangka panjang. 


Solusi untuk Menanggulangi Perubahan Iklim

Pada awal tahun 1990, UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menetapkan dua strategi utama untuk menangani pemanasan global: mitigasi dan adaptasi. Mitigasi bertujuan untuk memperlambat atau menahan emisi gas rumah kaca, sementara adaptasi mencakup penyesuaian untuk mengurangi dampak negatif atau memanfaatkan dampak positif perubahan iklim. Meskipun kondisi saat ini serius, masih ada upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi pemanasan global. 

Ilmuwan Dr. James Hansen dari NASA menyatakan “Kita telah melampaui titik kritis, tetapi kita belum sampai pada titik tanpa harapan. Kita masih bisa berbalik, tetapi kita harus mengambil arah dengan cepat” (Hansen, 2008:19). Rajendra Pachauri dari IPCC juga menyatakan bahwa perubahan gaya hidup dapat membantu memperlambat perubahan iklim, sebagai bagian dari upaya mitigasi. 

Pemerintah Negara Indonesia sendiri telah menyusun Rencana Aksi Nasional untuk Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (RANMAPI) yang mengakui seriusnya ancaman perubahan iklim terhadap pembangunan sosioekonomi dan lingkungan hidup Indonesia, terutama karena pola pembangunan yang tidak berkelanjutan. Solusi yang dapat dilakukan adalah: 
  1. Mengurangi makan daging
  2. Penghematan energi bahan bakar fosil
  3. Melakukan penanaman pohon kembali
  4. Pendauran ulang
  5. Menanam kembali hutan mangrove di wilayah pesisir adalah langkah mitigasi yang efektif karena meningkatkan penyerapan karbon dan juga memberikan perlindungan terhadap badai dan erosi di pesisir. 

Beradaptasi terhadap perubahan iklim menjadi prioritas utama bagi Indonesia. Seluruh kementerian dan program-program nasional harus mempertimbangkan perubahan iklim dalam upaya mereka terkait dengan berbagai isu, termasuk pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, keamanan pangan, pengelolaan bencana, pengendalian penyakit, dan tata kota. Ini bukan hanya tugas pemerintah pusat, tetapi harus menjadi usaha nasional yang melibatkan pemerintah daerah, masyarakat, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta. [2]

Mitigasi juga dapat dilakukan dalam dunia kependidikan yaitu salah satu caranya adalah menggunakan media film dokumenter. Hal ini pernah dilakukan oleh (Yanuar, A. 2023) di sebuah sekolah dasar sebagai tindak nyata secara dini terhadap perubahan iklim. Hasilnya pengetahuan rata-rata setelah diberikan edukasi meningkat sebesar 78,64% dibandingkan sebelum diberikan edukasi yaitu sebesar 74,14%. [6]


*) Artikel ditulis oleh Tengku Arya Purangga (Kepala Departemen Ristek), M. Syaddad G. Al-Farez (Bendahara Departemen Ristek), Ashpia Latifah (Staf Departemen Ristek), dan Zidan Fahri (Staf Departemen Ristek) dalam program kolaborasi COMA oleh Departemen Riset dan Teknologi — Departemen Komunikasi dan Informasi

Daftar Pustaka

A. Chevuturi, N. P. Klingaman, A. G. Turner, L. Guo, and P. L. Vidale, “Synthesis Report 2023,” IPCC, vol. 13, no. 3, pp. 35–115, 2023, doi: 10.3390/atmos13030405.
A. R. D. A. and E. Rosalina, “Mengenal Perubahan Iklim,” p. 13, 2022.
A. Y. Zukmadini and F. Rohman, “Edukasi Mitigasi Dan Adaptasi Perubahan Iklim Menggunakan Film Dokumenter,” Kumawula J. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 6, no. 1, p. 191, 2023, doi: 10.24198/kumawula.v6i1.39503.
L. Rahmi and R. Yogica, “Kebijakan Penanganan Masalah Perubahan Iklim Dengan Strategi Mitigasi Dan Adaptasi,” Semnas Perubahan Iklim, pp. 108–112, 2021.
Shaftel, H. (Ed.). (2023, September 27). What is climate change?. NASA. https://climate.nasa.gov/what-is-climate-change/ 
UNFCC, “United Nations Framework Convention on Climate Change United Nations,” United Nations Fram. Conv. Clim. Chang., pp. 1–33, 1992, [Online]. Available: https://unfccc.int/files/essential_background/background_publications_htmlpdf/application/pdf/conveng.pdf.


Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama