Stop Stunting, Start Growing: Membangun Generasi Emas Indonesia yang Sehat dan Tangguh

  


Stunting merupakan salah satu tantangan serius yang dihadapi Indonesia dalam menciptakan generasi emas yang sehat dan tangguh. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi, meskipun telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2023, angka stunting mencapai 21,6%, masih jauh dari target global Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu 14% pada tahun 2030 (Kemenkes, 2023). Tidak hanya itu, sebanyak lebih dari 21,5% anak indonesia mengalami gangguan pada pertumbuhannya dan rentan terhadap penyakit, stunting ini  dapat menghambat perkembangan otak anak sehingga membuat kecerdasan anak tidak optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yusniar mengenai stunting yang merupakan permasalahan gizi yang ke depannya berisiko mengurangi produktivitas seseorang pada saat dewasa, Mengutip dari World Bank (2014) tercatat setiap tahunnya masalah stunting ini akan mengurangi setidaknya 2-3% dari PDB Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolaboratif dan terintegrasi untuk memastikan bahwa anak-anak Indonesia mendapatkan kesempatan tumbuh dan berkembang secara optimal.


Sebaran Prevalensi Stunting per Provinsi Tahun 2023 (Sumber: Data SKI 2023)


Beberapa faktor yang menyebabkan stunting diantaranya asupan gizi yang tidak memadai dikarenakan rendahnya  konsumsi makanan yang kaya akan zat gizi seperti protein, zat besi, zinc, dan vitamin. Kemudian, sanitasi buruk dan akses air bersih yang terbatas akibat Infeksi berulang dari lingkungan yang tidak higienis dapat menghambat penyerapan nutrisi serta faktor selanjutnya adalah kurangnya pengetahuan orang tua dalam menerapkan pola asuh yang kurang tepat, terutama dalam memberikan makanan pendamping ASI (MPASI), turut berkontribusi pada masalah ini. Keseluruhan faktor ini akan berdampak pada stunting anak bagi  masa depan dan bangsa.


Jika masalah stunting tidak ditangani dengan serius, Indonesia akan menghadapi tantangan besar dalam mencapai target sebagai negara maju pada tahun 2045, di mana generasi muda saat ini diharapkan menjadi motor penggerak pembangunan. Pemerintah Indonesia telah menginisiasi berbagai program untuk menurunkan angka stunting, mulai dari tingkat nasional hingga lokal seperti intervensi Gizi Spesifik (langsung) yang ditujukan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil, menyusui, dan anak. Contohnya ialah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi,  pemberian makanan Pendamping ASI (MPASI) yang harus memenuhi kebutuhan nutrisi yang sesuai dengan usia anak serta pemberian suplementasi gizi dengan pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil dan vitamin A untuk anak.


Di berbagai wilayah, termasuk Jawa Tengah khususnya kabupaten Demak, Posyandu berperan sebagai ujung tombak dalam upaya mengatasi masalah stunting. Kegiatan Posyandu mencakup pemantauan rutin terhadap tumbuh kembang anak serta pemberian edukasi kepada para orang tua, khususnya ibu, mengenai pentingnya pola makan bergizi dan pola asuh yang benar. Selain itu, Posyandu juga menyediakan makanan tambahan bagi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi, sehingga pencegahan stunting dapat dimulai sedini mungkin.


Sebagai langkah strategis, Indonesia tidak hanya dapat mengandalkan program nasional, tetapi juga belajar dari praktik terbaik di negara lain yang telah berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan. Sebagai contoh, Peru  berhasil menurunkan angka stunting dari 28% pada tahun 2008 menjadi 13% pada tahun 2016 melalui intervensi terpadu yang mencakup pemberian nutrisi tambahan, peningkatan pelayanan kesehatan, dan kampanye edukasi serta Bangladesh melalui peningkatan kesadaran tentang kebersihan dan sanitasi, Bangladesh mampu menurunkan angka stunting secara bertahap.Indonesia dapat mengambil pelajaran dari pengalaman ini dengan menyesuaikan pendekatannya dengan konteks lokal. Membangun generasi emas indonesia tahun 2045 memerlukan peran pemerintah, masyarakat, swasta dan akademisi dalam membentuk generasi ini. 


Mengatasi stunting bukanlah tugas yang mudah, tetapi merupakan langkah yang sangat penting untuk membangun generasi emas Indonesia yang sehat dan tangguh. Dengan kolaborasi semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor swasta, kita dapat memastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Mari bersama-sama wujudkan visi Stop Stunting, Start Growing demi masa depan yang lebih cerah untuk Indonesia!




*) Artikel ditulis oleh Shabirah Nuha (Bendahara Departemen RISTEK) dan Tegar Ardiyansyah (Staf Departemen RISTEK) dalam program kolaborasi KSE MENULIS oleh Departemen Riset dan Teknologi — Departemen Komunikasi dan Informasi

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama