Di tengah tekanan global akibat perubahan iklim dan naiknya angka pengangguran, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menjaga pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan lingkungan? Jawabannya terletak pada green economy atau ekonomi hijau, sebuah konsep pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada efisiensi sumber daya dan perlindungan lingkungan. Salah satu turunannya yang paling strategis adalah penciptaan green jobs, yaitu pekerjaan layak yang berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan.
Menurut International Labour Organization (ILO), green jobs mencakup pekerjaan di sektor energi terbarukan, efisiensi energi, transportasi bersih, pertanian organik, hingga pengelolaan limbah dan konservasi hutan. Dalam konteks Indonesia, dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dan tekanan terhadap lingkungan yang semakin besar, investasi hijau menjadi jalan keluar yang tidak hanya menyelamatkan alam, tetapi juga menciptakan jutaan peluang kerja baru.
Sebuah studi oleh Dewi & Ma’ruf (2017) menggunakan model skenario investasi hijau sebesar 2% dari PDB Indonesia (sekitar Rp179,5 triliun), yang dialokasikan pada tiga sektor utama: energi, pertanian, dan kehutanan. Hasilnya mengejutkan: lebih dari 4,2 juta green jobs dapat diciptakan dengan skema tersebut:
Sektor Energi: 4.691 pekerjaan, di antaranya pada bidang geothermal, biomassa, dan energi terbarukan lainnya.
Sektor Pertanian: 1.891.296 pekerjaan, termasuk pertanian organik dan budidaya tanaman berdampak rendah.
Sektor Kehutanan: 2.313.479 pekerjaan, meliputi konservasi hutan, jasa lingkungan, dan hasil hutan non-kayu.
Sumber : Bain & Company, Genzero, Standard Chartered dan Temasek (2024)
Simulasi ini menegaskan bahwa investasi hijau mampu menjadi solusi ganda—mengatasi krisis ketenagakerjaan dan krisis lingkungan secara bersamaan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka pada 2015 masih berada di angka 7 juta jiwa. Mayoritas berasal dari lulusan SMK (9,05%), SMA (8,17%), dan Diploma (7,49%). Ini mencerminkan mismatch antara keterampilan yang ditawarkan dengan permintaan pasar tenaga kerja. Di sisi lain, green jobs menawarkan peluang besar bagi lulusan-lulusan tersebut, terutama dengan pelatihan teknis dan vokasional yang relevan.
Selain itu, ILO menyebut bahwa transisi menuju ekonomi hijau membutuhkan peralihan keterampilan (reskilling) bagi pekerja, serta dukungan dari lembaga pelatihan, sektor swasta, dan pemerintah.
Sumber Daya Alam dan Energi Terbarukan: Peluang yang Belum Tergarap Maksimal
Indonesia memiliki cadangan energi terbarukan yang besar namun belum tergarap maksimal. Data dari Kementerian ESDM menunjukkan bahwa potensi energi geothermal nasional mencapai 19.658 MW, namun pemanfaatannya baru sekitar 4%. Hal ini membuka peluang besar untuk penciptaan green jobs dalam bidang konstruksi pembangkit energi, operasi dan pemeliharaan, serta manajemen energi bersih.
Menurut World Energy Outlook oleh IEA (2011), sektor energi terbarukan global dapat menciptakan lebih dari 20 juta pekerjaan hingga tahun 2030 jika transisi energi dilakukan secara agresif. Indonesia sebagai negara berkembang dengan kebutuhan energi yang tinggi, memiliki posisi strategis untuk ikut mengambil bagian dalam tren global ini.
Pertanian dan Kehutanan: Tulang Punggung Green Jobs di Pedesaan
Sektor pertanian menyerap 28,5% tenaga kerja nasional (BPS, 2022), namun masih didominasi oleh praktik konvensional yang tidak ramah lingkungan. Peralihan ke pertanian organik dan agroforestri tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan dan kualitas lingkungan, tetapi juga membuka lapangan kerja baru di pedesaan.
Sektor kehutanan pun serupa. Indonesia kehilangan sekitar 2,2 juta hektare hutan setiap tahun (Suparmoko, 2015). Jika dikelola secara berkelanjutan, sektor ini dapat menghasilkan pekerjaan di bidang konservasi, jasa ekosistem, pengolahan hasil hutan non-kayu (NTFP), serta pariwisata berbasis alam.
Tren Global: Pasar Hijau yang Tumbuh Pesat
Menurut ILO, pasar global untuk barang dan jasa ramah lingkungan tumbuh dari US$1,37 triliun menjadi US$2,74 triliun pada 2020. Lebih dari 50% pasar ini berada pada sektor efisiensi energi, air, dan pengelolaan limbah. Dengan demikian, investasi hijau tidak hanya berdampak secara lokal, tetapi juga membuka peluang ekspor dan integrasi dalam rantai pasok global.
Studi Green Jobs and Skills (OECD, 2010) juga menyatakan bahwa transformasi ekonomi hijau akan mendisrupsi sektor-sektor lama, namun menciptakan jenis pekerjaan baru yang lebih berkelanjutan, menuntut keterampilan teknis tinggi, dan cenderung lebih stabil.
Lain itu, ada yang menarik soal investasi berbasis ESG ini saat Federasi Masyarakat Analis Keuangan Eropa (EFFAS) melakukan survei.
Mereka menemukan fakta bahwa 86 persen millennial (usia 18-35 tahun) memandang investasi hijau cukup penting saat ini, dan itu merubah cara pandang mereka pada tahun-tahun sebelumnya.
Kebijakan dan Dukungan Pemerintah
Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 29% secara mandiri dan hingga 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2030 (NDC Indonesia). Program transisi menuju ekonomi rendah karbon telah masuk dalam dokumen perencanaan nasional seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Program Low Emission Capacity Building (LECB) yang didukung oleh UNDP dan UNEP juga telah membantu dalam pengembangan Indonesia Green Economy Model (I-GEM), sebuah kerangka kerja untuk mengukur dan memandu transisi hijau di Indonesia.
Investasi hijau bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Dengan potensi penciptaan lebih dari 4 juta pekerjaan dari hanya 2% alokasi PDB, strategi ini mampu memberikan solusi konkret terhadap dua persoalan krusial Indonesia: pengangguran dan kerusakan lingkungan.
Namun, keberhasilan transisi ini bergantung pada kesiapan kebijakan, dukungan sektor pendidikan dan pelatihan, serta keterlibatan aktif sektor swasta dan masyarakat. Green jobs bukan sekadar lapangan kerja baru, tetapi simbol perubahan paradigma menuju pembangunan yang inklusif, adil, dan berkelanjutan—untuk generasi hari ini dan masa depan.
Referensi :
Dewi, R., & Ma’ruf, A. (2017). Analisis Penciptaan Green Jobs di Indonesia Menggunakan Model Skenario Investasi Hijau. Journal of Economics Research and Social Sciences. 1(1):53–64.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2020). Potensi Energi Baru dan Terbarukan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal EBTKE.
Posting Komentar