Memasuki abad ke-21, perkembangan
teknologi di Era Revolusi Industri 4.0 semakin tak bisa dibendung. Industrialisasi telah
berganti menjadi digitalisasi. Nyaris seluruh aspek kehidupan telah mampu
mengubah, meminimalisir, bahkan mengganti seluruh tenaga manusia dengan komputer.
Banyak yang berlomba-lomba memanfaatkan pilar Revolusi Industri 4.0 dengan
begitu apik. Efisiensi dan optimalisasi menjadi tujuan utama dari peralihan teknologi
tersebut.
Menilik sejarahnya, era
digitalisasi telah dimulai sejak ditemukannya komputer untuk pertama kali—dengan sebutan generasi
Tabung Vakum. Penemuan ini ada pada tahun 1940-an.
Pada masa itu, komputer berukuran sangat besar. Selain itu
juga memerlukan ruang penempatan dan daya listrik yang besar pula.
Seiring bergulirnya
waktu, era digitalisasi telah mengalami perubahan-perubahan pesat dan
siginifikan. Para ilmuan dengan cepat menemukan komputer generasi kedua—yang akrab dikenal
generasi
transistor—dengan ukuran yang lebih kecil pada tahun 1960-an. Komputer generasi
kedua ini berhasil merambah ke dunia bisnis di lingkup universitas dan
pemerintahan.
Lalu, komputer generasi
ketiga ditemukan pada tahun 1958 dengan ciri utamanya adalah sudah dilengkapi
dengan Integrated Circuit (IC) dan
harganya pun semakin murah. Generasi ini dikenal dengan sebutan generasi IC. Komputer
generasi keempat—generasi microprosessor—ditandai dengan
munculnya istilah Personal Computer (PC). Komputer inilah
yang mulai diperjualbelikan pada perorangan dan dapat dibawa kapan dan dimana saja.
Sampailah pada era
munculnya komputer generasi kelima atau generasi AI yang berkembang hingga saat
ini dengan kecanggihannya luar biasa. Komputer generasi kelima inilah yang
telah memasuki Era Revolusi Industri 4.0.
AI (Artificial Inteligence) merupakan
komputer generasi kelima sudah mulai dikembangkan dan dikenal pada Era Revolusi
Industri 4.0. Namun, sebelum sampai pada tahap penggunaan dan pemberdayaan AI,
dunia yang sekarang serba digital telah memungkinkan terjadinya banyak
kemudahan. Digitalisasi telah merambah ke berbagai bidang. Kemudian, yang perlu
digaris bawahi, digitalisasi tidak hanya membawa kemudahan, tetapi juga
tantangan.
Wajah Baru Digitalisasi
Salah satu yang terkena dampaknya, sebut saja industri media cetak. Beberapa sudah gulung tikar. Koran-koran, majalah maupun tabloid sekarang sudah jarang beredar. Tergerus dengan perkembangan zaman.
Dahulu
membaca dan mengetahui berita lewat selembar koran, akan tetapi sekarang ini
sudah mudah diakses dalam satu genggaman saja yang ada di handphone. Industri media
cetak adalah salah satu yang mendapat tantangan terbesar. Apakah selain media
cetak masih ada? tentu saja! Pasar Agency
Travel pun menjadi contoh lainnya.
Digitalisasi dan kemajuan teknologi bisa diibaratkan
seperti pisau bermata dua. Pada beberapa kasus pisau tersebut dapat melukai
kita karena penggunaannya. Tak jarang pula, dapat membantu pekerjaan rumah
sehari-hari, seperti memotong sayur, buah, dan sebagainya. Semua menjadi
tergantung bagaimana menggunakannya. Pada industri, digitalisasi dapat
“melukai” industri media cetak dan dapat memudahkan industri lain.
Sebut saja, industri food
& beverage. Industri ini kian subur dan terus tumbuh karena kemudahan
digitalisasi. Duduk santai di rumah, buka handphone
dan tidak lama makanan telah sampai di depan, kira-kira seperti itu.
Aplikasi yang disediakan untuk memesan makanan & minuman telah mendorong
seseorang untuk belanja.
Beberapa penjual yang kebetulan saya sempat saya survei,
menyatakan bahwa penjualan mereka banyak ditopang oleh aplikasi ini. Kemudian,
jika kita pergi ke franchise sebut
saja McD, mereka sudah menyediakan loket antrian khusus untuk pemesanan via aplikasi. Betapa digitalisasi telah
membawa kemudahan dan penjualan.
Tinggal klik, sampai!
Pengurus Inti Paguyuban KSE UIN Jakarta
Informatif, semoga bisa terus berkembang KSE
BalasHapusmantap nih aktif lagi..
BalasHapussalam suKSEs
Posting Komentar