Tahun 2020 merupakan tahun dimana dunia digemparkan oleh fenomena virus yang dikenal sebagai COVID-19 atau Corona. Virus Corona (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus baru yang belum teridentifikasi sebelumnya pada manusia. Menurut laman WHO (World Health Organization), Virus ini menyebabkan penyakit saluran pernapasan seperti flu dengan gejala seperti batuk, demam, dan pada kasus yang lebih parah yaitu Pneumonia (infeksi paru-paru). Awal kemunculan Virus ini pertama kali di Provinsi Hubei, China, tepatnya di Ibu Kota Provinsi Hubei, Wuhan. Virus ini disebabkan oleh masyarakat Wuhan yang mengonsumsi daging hewan yang kurang baik bagi kesehatan bahkan cara pengelolaannya pun juga tidak lazim untuk dikonsumsi, hewan yang dikonsumsi seperti kelelawar, katak, tikus, dsb. Hingga saat ini Virus tersebut sudah mewabahi banyak negara di dunia ini, termasuk Indonesia. Tercatat sudah 172 Warga Indonesia positif Virus Corona ini (Detikcom, 2020).
Dengan
semakin mewabahnya virus ini, pemerintah di negara yang terjangkit Virus ini
pun berupaya melakukan pencegahan, sebab belum ada vaksis yang kuat untuk
menyembuhkan warga yang positif virus tersebut. Salah satu metode dalam pencegahan
virus tersebut yaitu Social Distance,
artinya ada jarak sosial dalam kehidupan masyarakat. Seperti yang kita ketahui
bahwa manusia adalah makhluk sosial, dengan penerapan metode ini tentu menjadi
hal yang asing bagi masyarakat kebanyakan. Mereka diminta untuk tetap berada di
rumah dan tidak beraktivitas seperti biasanya. Pemerintah juga sudah membuat
surat edaran terkait pemberhentian sementara aktivitas masyarakat. Karena hal
tersebut, sekolah, kampus, tempat kerja, mall, dan kegiatan lainnya yang bersifat
keramaian pun diliburkan sementara sampai waktu yang tidak ditentukan. Namun
tetap saja ada instansi atau lembaga yang tidak menerapkan surat edaran
tersebut, karena beberapa faktor yang menjadi penyebabnya.
Dalam
Ilmu Sosiologi menjelaskan bahwa hakikat Social
Distance merupakan jarak sosial antara berbagai
kelompok dalam masyarakat dan bukan merupakan jarak (lokasi). Definisi tersebut
juga memiliki pengertian bahwa adanya jarak antar individu atau kelompok
masyarakat yang disebabkan tidak hanya oleh ras/etnis, agama, gender, dan
seksualitas, tetapi disebabkan oleh perbedaan yang ada antara individu atau
kelompok masyarakat yang kurang berinteraksi langsung atau bersosialisasi
dengan kelompok yang sama. Kemudian saya beranggapan bahwa penjelasan Social Distance dalam Ilmu Sosiologi
ialah cenderung pada suatu masalah atau hal yang negatif. Berkorelasi dengan
kasus Virus Corona ini, penyebab adanya Social
Distance adalah karena suatu masalah, namun alasan diterapkannya Social Distance ialah untuk hal yang
positif, mengingat Virus tersebut dapat dengan mudah menular melalui interaksi
langsung. William Ogburn dalam teori nya mengemukakan teori perubahan sosial
yang mana salah satunya ialah teori fungsionalis, beliau menjelaskan dalam
teori fungsionalis bahwa perubahan sebagai sesuatu yang konstan dan mengacaukan
keseimbangan masyarakat. Teori fungsionalis juga menyatakan bahwa adanya
ketidakpuasan masyarakat terhadap keadaan sosial yang berlaku merupakan
penyebab utama terjadinya perubahan sosial. (Quipper, 2019)
Fenomena
Virus Corona ini nampaknya sudah membawa perubahan bagi sosial masyarakat.
Perubahan sosial ini tentu karena diterapkannya Social Distance dalam kehidupan masyarakat akibat Virus Corona.
Berdasarkan teori fungsionalis tersebut, Virus Corona ini sudah mengacaukan
keseimbangan masyarakat dan menyebabkan adanya ketidakpuasan dari masyarakat.
Banyak dari masyarakat yang merasa tidak puas akan diterapkannya Social Distance, sebagai contoh yakni
kampus-kampus diliburkan, yang mengakibatkan mahasiswa harus kuliah online
melalui media sosial. Banyak dari mereka yang mengeluh sebab tidak efektifnya
perkuliahan secara online, hal ini karena sistem yang mereka rasakan selama
kuliah ialah tatap muka. Kemudian, kuliah online ini juga cukup merugikan mahasiswa
yang perekonomiannya berada di tingkat rendah, sebab mereka tidak memiliki smartphone atau laptop sebagai media
kuliah online mereka yang memadai. Selain itu, kegiatan lainnya pun juga
terhambat akibat Social Distance
tersebut.
Dengan
demikian, masyarakat juga tidak dapat menolak akan keputusan pemerintah
menerapkan Social Distance, mengingat
penyebaran Virus Corona yang semakin menyebar luas serta menyebabkan masyarakat
pun juga gelisah dan takut untuk berpergian keluar rumah. Pemerintah juga belum
menemukan cara yang ampuh untuk menghilangkan Virus Corona, namun Pemerintah
berharap apabila Metode Social Distance
ini dilakukan oleh semua masyarakat hingga akhir maret, untuk memastikan minim
nya penderita Virus Corona dan hilangnya tersebut. Kemudian, menurut saya untuk
mengefektivitaskan pembelajaran berbasis online maka pemerintah atau aktor
aplikasi belajar online bisa mengoptimalisasikan pembelajaran online (e-learning). Mahasiswa atau peserta
didik bisa memanfaatkan aplikasi belajar online atau aplikasi lainnya yang
mendukung efektivitas belajar online sebagai media pembelajaran mereka, cara
tersebut memungkinkan dapat lebih efektif apabila hanya melakukan diskusi
online di group media sosial (WhatsApp).
Posting Komentar